Lockdown Saja, Pak!

Senin, 23 Maret 2020 08:37 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh : Deni Kurniawan.

Tidak perlu jadi ekonom atau pengamat politik untuk paham kenapa pemerintah ogah melakukan lockdown kecuali kepepet. Tidak ada kegiatan di ruang publik berarti tidak ada perputaran ekonomi, yang berarti keuangan negara ambyar. Saham anjlok, institusi perbankan goyah, pemasukan dari perdagangan dan pariwisata terjerembab.

Rakyat tahu, untuk memutuskan lockdown penuh dilematis, akan membuat Indonesia terpuruk ekonomi dan efek lainnya, tetapi nyawa jutaan rakyat akan terselamatkan.

Pro-kontra adalah hal yang lazim dalam sebuah kebijakan. Jangan sampai menyesal seperti Italia, yang merasa terlambat menangani Covid-19 hingga harus menewaskan ribuan orang warganya dalam waktu yang relatif singkat.

Kemaren, Minggu (22/3/2020) penyebaran virus corona di Indonesia sudah melewati angka cukup signifikan, yaitu 514 kasus, 48 meninggal, 29 sembuh. Maka pandemi virus corona memang semakin mengkawatirkan. (Tempo)

Ayuklah Pemerintah, lupakan sejenak pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, perpindahan ibu kota negara, apalagi kontestasi politik! Kita sedang berada di pusaran bencana. Maka kita harus fokus pada penyelamatan jiwa. 

Jika lockdown adalah solusi terbaik dari yang terburuk saat ini, laksanakan saja tanpa ragu.

Hanya saja, kebijakan tersebut harus dibarengi dengan persiapan yang matang dan kesiagaan pemerintah dalam memfasilitasi kebutuhan warga. Dalam hal ini, pemerintah pusat dan daerah wajib berbagi peran, yakni menyediakan bahan makanan, memastikan call center dan petugas kesehatan dalam kondisi siaga, mobil/ambulans dengan jumlah yang memadai, kamar-kamar rumah sakit cukup untuk menampung pasien, dan lain sebagainya.

Pekerja harian lepas yang tidak memiliki penghasilan rutin harus menjadi perhatian khusus. Bagaimanapun, kebijakan lockdown akan memukul mereka. Oleh karena itu, pemerintah wajib menjamin keberlangsungan hidup mereka sampai situasi kembali normal. Atau bisa juga memberdayakan warga di tataran akar rumput. Misalnya menggerakkan RT hingga RW bergiliran menyumbang sembako kepada warga yang kehilangan mata pencaharian. Inilah saatnya jiwa gotong-royong kita diuji.

Deni Kurniawan
Penulis adalah Mahasiswa Ekonomi

Bagikan Artikel Ini
img-content
Deni Kurniawan

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Habis Gelap Terbit Terang

Selasa, 21 April 2020 14:50 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua